Tuesday 26 June 2012

URGENSI BEKERJA KERAS


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya manusia dituntut untuk berkerja sesuai dengan profesi dan keahliannya masing-masing. Dengan semakin kompleksnya perkembangan kehidupan, dalam mencari kebutuhan hidup tidak hanya yang bersifat materialistis, melainkan juga perlu memperhatikan berbagai hal yang lainya. Pandangan materialistik menganggap berkerja hanya untuk memenuhi kebutuhan meteri semata. Namun, sesungguhnya berkerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan materil melainkan yang lebih utama adalah spiritual dan rohani manusia terpenuhi sehingga antara kebutuhan materil dan spiritual berjalan secara seimbang.
Untuk memenuhi kebutuhan, manusia dalam bekerja harus dilakukan secara maksimal. Sehingga hasil yang diperoleh akan memuaskan. Dengan demikian bekerja secara sungguh-sungguh dan kerja keras dan giat merupakan suatu keniscayaan. Apabila dalam bekerja tidak dilakukan secara maksimal dan tidak dengan bekrja  keras dan  tidakgiat serta dengan tidak mengharap dari Allah mungkin hasilnya juga kurang maksimal dan mengecewakan.
Rasulullah menunjukkan apresiasinya yang sangat tinggi pada kerja keras ini dalam berbagai kesempatan. Beliau pernah mengatakan, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Thabrani: Seandainya seseorang mencari kayu bakar dan dipikul di atas punggungnya, hal itu lebih baik daripada ia meminta-memita kepada seseorang yang kadang diberi dan kadang ditolak.
Apa yang terkandung dalam sabda Rasulullah adalah bahwa sebaik-baik manusia adalah seseorang yang memeras keringatnya dan menguras tenaganya demi menjaga harga dirinya, demi menyelamatkan mukanya di depan manusia agar dia tidak meminta-minta yang berarti telah menjual dirinya. Menjual harkat dan martabatnya di depan manusia dan dia akan kehilangan muka di hadapan Allah karena telah dijual di dunia. Rasulullah mendorong dan menginginkan agar umat ini menjadi umat pekerja, umat mandiri, umat yang tidak menggantungkan diri pada orang lain, lain dan bangsa lain. Umat yang mampu berdiri di atas kreasinya sendiri, di atas kemampuannya sendiri. Melalui kucuran keringat dan gejolak semangat.
Dari berbagai uraian latar belakang permasalahan diatas, maka dalam makalah ini akan membahas beberapa hal yang berkenaan dengan bekerja keras, yakni pengertian bekerja keras, dalil tentang bekerja keras, pentingnya bekerja keras, dan juga berbagai hal yang agar manusia selalu  dapat rja keras dalam kehidupan sehari-hari.




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Bekerja Keras
Dalam Oxford Advance Learners Dictionary diterangkan kerja merupakan penggunaan kekuatan fisik atau daya mental untuk melaukan sesuatu.[1] Dalam Ensiklopedi Indonesia dengan konteks ekonomi, kerja diartikan sebagai pengerahan tenaga baik jasmani maupun rohani yang dilakukan untuk menyelenggarakan prose produksi.[2]
Bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam mencapai tujuan tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.[3]
Bekreja dikatakan sebagai aktivitas dinamis mempunyai makna bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan seorang muslim harus penuh dengan tantangan (challenging), tidak monoton, dan selalu berupaya mencari terobosan baru (innovative) dan tidak pernah merasa puas dalam berbuat kebaikan. [4]
Menurut Al-Faruqiy, manusia memang dicptakan untuk bekerja. Kerjanya adalah ibadahnya. Tidak ada kesuksesan, kebaikan, manfaat atau perubahan dan keadaan buruk menjadi baik kecuali dengan kerja menurut bidang masing=masing. Terhadap mereka yang enggan bekerja A=Faruqi menyatakan, mereka atidak mungkin menjadi muslim yang baik.[5]
Secara lebih hakiki, bekerja bagi seorang muslim merupakan ibadah bukti pengabdian dan rasa syukurnya untuk mengolah dan memenuhi panggilan Illahi agar mampu menjadi yang terbaik kerena mereka sadar bahwa bumi diciptakan sebagai ujian bagi mereka yang memiliki etos yang terbaik, “sesungguhnya kami telah menciotakan apa-apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, supya kami menguji mereka siapakah yang terbaik amalnya.” (al-kahfi: 7)[6]
Bekerja adalah manifeastasi kekuatan iman.[7] Yang dimaksud dengan kerja keras adalah bekerja dengan batas-batas kemempuan yang maksimal tetatpi tidak berlebihan dari kemampuan yang dimiliki. Keberhasilan duniawi maupun ukhrawi tidaka akan bisa dicapai tanpa adanya kerja keras.[8]
Dari beberapa pengertian kerja yang telah dipaparkan sebelumnya, meski beragam namun dapat diambil garis besar bahwa kerja keras merupakan penggunaan daya, mental baik jasmani dan rohani yang sengaja, bermotif, untuk mencapai tujuan secara dinamis. Pengertian kerja biasanya berkaitan dengan oengahasilan atau upaya memperoleh hasil, baik materi maupun nonmateri. Kerja keras merupakan kerja yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan menggunakan semua daya kemampuan agar mendapatkan hasil yang maksimal.

B.      Dalil-Dalil Bekerja Keras
Kita mendapatkan sebuah perintah tegas Allah dalam Al-Quran agar Rasulullah memerintahkan umatnya untuk bekerja keras karena kerja-kerja mereka akan dilihat oleh Allah dan akan dilihat oleh Rasulullah dan kaum mukminin,
وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿١٠٥﴾

Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan" (At-Taubah :105).

Setelah ayat yang lalu menganjukan bertaubat dan melakukan kegiatan nyata, antara lan membayar zakat dan bersedekah, dalam ayat ini manusia diminta untuk melakukan aktivitas lain baik nyata maupun tersembunyi. Terbaca diatas, bahwa setelah penyampaian harapan tentang pengampunan Allah, ayay ini melanjutkan dengan perintah beramal shaleh. Agaknya hal ini perlu, walaupun taubat telah diperoleh, tetapi waktu yang lalu dan yang diisi dengan kedurhakaan tidak akan kembali lagi. Manusia telah mengalami kerugian dengan berlaunya waktu itu tanpa diisi dengan kebajikan,, karena itu ia perlu melakukan kebajikan dengan giat agar kerugian tidak terlalu besar.[9]

Kerja keras harus disertai dengan disiplin yang tinggi, yaitu bekerja sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini Allah berfirman dalam QS. Al-An’am/6 ayat 135:

ö@è% ÉQöqs)»tƒ (#qè=yJôã$# 4n?tã öNà6ÏGtR%s3tB ÎoTÎ) ×@ÏB$tã ( t$öq|¡sù šcqßJn=÷ès? `tB Ücqä3s? ¼çms9 èpt7É)»tã Í#¤$!$# 3 ¼çm¯RÎ) Ÿw ßxÎ=øÿムšcqßJÎ=»©à9$# ÇÊÌÎÈ

Katakanlah: “hai kaumku, bekerjalah dengan sepenuh kemampuanmu, sungguh aku pun bekerja. Kelak kamu akan mengetahhui siapakah yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sungguh orang-orang yang dzalim tidak akan memperoleh keuntungan.”
Ayat ini menurut al-Biqa’i menujukkan pula keadilan dan rahmat Allah. Betapa tidak, bukankah yang kejam dan tidak adil, akan menjatuhkan sanksi tanpa menangguhkan atau memperingatka. Karena janji dan ancaman Aallah pasti akan datang Allah memerintahkan kepada kaumnya untuk berbuatlah sepenuh kemampuan apapun yang akan kamu perbuat. Kata aqibat adalah akhir atau kesudahan dan hasil sesuatu. Al-Qur’an menggunakan untuk kesudahan yang baik, jika kata ini tidak dikaitkan dengan kata lain.[10]
Sabda Rasulullah berikut ini memperkuat penegasan bahwa Islam adalah agama yang sangat menghargai kerja keras : “Bila seorang muslim menaburkan benih atau menanam tananam lalu ada burung atau manusia atau binatang yang memakan sebagian darinya niscaya hal itu akan dinilai sebagai     sedekah”(HR.Bukhari).


C.      Urgensi Bekerja Keras
Etos kerja keras sangat erat kaitanya dengan sistem pendidikan dan budaya. Maka etos kerja muslim akan mempunyai arti apabila sejak dini sistem pandidikan dan budaya yang ada dilingkungan diisi dan dikembangkan berdasarkan nilai islami. Bekerja dengan keras dan giat merupakan keharusan bagi manusia. Kerja keras memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan yang berorientasi kepada dunia dan juga akhirat.
1.       Tugas manusia
Manusia mempunya dua tujuan pokok di dunia, beribadah dan menjadi khalifah. Hakikatnya kedua hal ini merupakan dua tujuan yang tidak terpisahkan. Hanya dalam pengertian umum ibadah diartikan cendrung lebih menekankan pada bentuk pengamalan hubungan dengan Allah. Sedangkan pelaksanaan tugas khalifah merujuk kepada bentuk amaliyah dengan sesama manusia dan alam.
Kaitanya dengan bekerja keras, penegakan hablumminallah dan hablumminannas dan tugas khalifah di muka bumi, semuanya mensyaratkan adanya usaha dan kerja keras serta sungguh-sungguh. Etos kerja tinggi orang islam diaplikasikan  pada penegakan keudannya, termasuk dalam penegakan tugaas manusi sebagai khalifah Allah di muka bumi tanpa meningalkan tugas yang lainya.[11]
2.       Ilmu dan Harta
Ilmu dan harta merupakan dua saran ayang amat urgen bagi manusia guna mensukseskan tugas dan kewajibanya, baik berkenaan dengan hablumminallah maupun hablumminannas termasuk sebagai hamba sekaligus khalifah di bumi. Adanya sarana lain yaitu nafs, jiwa atau diri, yakni sesuatu yang berguna dalam diri orang bersangkutan seperti tenaga, fisik, kesehatan dan ilmu menujukkan secara jelasa bahwa disamping harta masih banyak profesi lain pada manusia yang dapat dijadikan pendukung atau alat perjuangan.[12]
3.       Kerja dan Eksistensi Manusia
Menurut pandangan islam, kerja merupakan sesuatu yang digariskan bagi manusia. Bekerja adalah sesuai dengan kodratnya sekaligus menjadi cara guna memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Agama juga menjadikan kerja sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Amal kerja mempunyai makan eksistensial dalam hidup dan kehidupan orang islam. Bahwasanya manusia eksis karena kerja dan kerja itulah yang memantapkan eksistensi kemanusiaan.
Dengan bekerja orang membangun kpribadian dalam rangka memperoleh peran kemanusiaanya. Bekerja menjadi proses pembebasan serta peneguhan humanitas orang yang bersangkutan. Bekerja dapat dijadikan media untuk mengembangkan pribadi dan kreativitas secara optimal dengan berbagai cara yang baik.[13]
4.       Kerja dan Tanggung Jawab
Kerja merupakan kunci keberhasilan bagi upaya keberhasilan bagi upaya pelaksanaan tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun keluarga dan masyarakat. Keharusan bekerja keras merupakan keharusan tugas yang istimewa. Maka hanya dengan bekearja keras dan sunguh-sungguh manusia dapat memenuhi bernagai tangung jawabnya. Baik yang bersifat veartikal kepada Allah, maupun yang bersifat horisontal kepada diri sendiri, keluarga dan masyarakat.[14]
5.       Menghilangakan pandangan fatalistis
Konotasi sabar, pasrah dan nrimo, jangan sampai berubah menjadi sikap fatalis. Sebaiknya kita harus menafsirkan sabar adalah satu kekuatan batin yang tangguh dan secara konsisten tidak pernah mengenal menyerah untuk tetap dalam jalur yang diinginkanya. Konsep kesabaran dalam islam bukanlah konsep pasrah atanpa usaha. Tetapi merupakan sikap batin, satu energi yang meluap-luap untuk tetap bekerja dan bertahan.[15]

D.      Cara bekerja keras
1.       Visi dan Misi
Visi yang berkaitan dengan eksistensi kemudian akan melahirkan cara kita mengambil posisi, membuat formulasi tentang tujuan, dan kemudia mengarahkan seluruh perilaku diri kepada sesuatu yang kita inginkan. Dalam misi mempunyai cakupan yang erta dengan cara pandang terhadap makna keberadaan, eksisitensi diri, maka setiap pribadi muslim harus menyadari keberadaanya. Visi seorang muslim harus jelas dan transparan. Etos kerja muslim yang dilandasi denga visi dan misi hidup dan kemudian menjadi satu sikap hidupnya maka dia akan tampil sebagai manusia teladan yang selalu bekerja keras.
2.       Jihad dan Tauhid Sebagai Motivasi
Jihad secara umum adalah kesungguhan untuk mengerakkan segala kekuatan dan potensi dalam melaksanakan sesuatu dan meninggikan martabat sebagai manusia yang mengeban misi sebagai rahmatan lil ‘alamin. Dalam kaitan denga bekerja, jihad menjadi kekuatan yang secara abadi harus terus menyala serta digali dan diuji potensinya sehingga mampu mengeluarkan energi yang signifikan.


E.       Cara Pembelajaran
Terdapat berbagai hal yang dimungkinkan agar selalu terbiasa dengan kerja keras, diantaranya adalah:
1. Menumbuhkan sikap optimis :
- Mengembangkan semangat dalam diri
- Peliharalah sikap optimis yang telah dipunyai
- Motivasi diri untuk bekerja lebih maju
2. Jadilah diri anda sendiri :
- Lepaskan impian
- Raihlah cita-cita yang anda harapkan
3. Keberanian untuk memulai :
- Jangan buang waktu dengan bermimpi
- Jangan takut untuk gagal
4. Kerja dan waktu :
- Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu)
- Jangan cepat merasa puas
5. Kosentrasikan diri pada pekerjaan :
- Latihan berkonsentrasi
dan perlu istirahat
6. Bekerja adalah sebuah panggilan Tuhan
.[16]











BAB III
PENUTUP
Dari berbagai pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kerja keras merupakan keharusan bagi setiap muslim. Kerja keras akan menghasilkan hasil yang maksimal dan begitu sebaliknya. Kerja keras memang perlu pembiasaan pada setiap pribadi muslim. Semangat dan motivasi kerja sebagai salah satu jihad hendaknya dijadikan landasan mengapa setiap pribadi muslim harus bekerja dengan keras dan sungguh-sungguh. Kerja keras mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan. Beberapa hal yang melatar belakangi perlunya untuk bekerja dengan keras diantaranya, adanya tugas manusia untuk beribadah dan sebagai khalifah di muka bumi, menunjukkan adanya eksistensi manusia dengan kerja keras dan tanggung jawab serta yang lainya.
Setiap pribadi muslim perlu pembiasaan diri agar senantiasa bekerja keras. Dengan latihan-latihan yang dilkukan secara berkelanjutan kerja keras dapat menjadi kebiasaan yang baik. Bekerja keras hendaknya disemangati dengan motivasi bahwa bekerja ialah tgermasuk salah satu jihad dalam agama. Dan bekerja juga mempunyai tujuan dan visi yang jelas, sehingga apa yang dikerjakan tidak akan menjadi sia-sia.















DAFTAR PUSTAKA
Toto Tasmara. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani.
-----------------. 1995. Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf.
Abdullah Aly dkk. 2009. Studi Islam I. Surakarta: LPID UMS.
Ahmad Janan Asifudin, 2004. Etos Kerja Islami. Surakarta: Muhammadiyah University Pers.
Quraish Shihab, 2002. Tafsir al-misbah pesan kesan dan keserasian Al-Qur’an. Jakarta: lentera Hati


[1] Ahmad Janan Asifudin, Etos Kerja Islami, (Surakarta: Muhammadiyah University Pers, 2004), hlm 58
[2] Ibd, hlm 58
[3] Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (jakarta: Gema Insani Pers, 2002), hlm 27
[4] Ibd, hlm 28
[5] Ahmad Janan Asifudin, Etos Kerja Islami, (Surakarta:Muhammadiyah University Pers, 2004), hlm 58
[6] Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (jakarta: Gema Insani Pers, 2002), hlm 27-32
[7] Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,1995), hlm 6
[8] Abdulah Aly dkk, Studi Islam I, (Surakarta: LPID, 2009), hlm 119
[9] Quraish shihab. Tafsir Al-Misbah pesan kesan dan keserasian AL-Qur’an, (Jakarta, lentera hati: 2002), volume 5 hlm 670-671
[10] Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) volume 4 hlm 292
[11] Ahmad Janan Asifudin, Etos Kerja Islami, (Surakarta: Muhammadiyah University Pers, 2004), hlm 72
[12] Ibd, hlm 76
[13] Ahmad Janan Asifudin, Etos Kerja Islami, (Surakarta: Muhammadiyah University Pers, 2004),, hlm 76-78
[14] Ibd, hlm 84
[15] Drs.H. Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,1995), hlm 125-132