Wednesday 9 May 2012

Pemerintah vs Suara Mahasiswa dan Rakyat

Assalamu'alaikm wr wb..
segala puji bagi Allah..
shalawat bagi Muhammad SAW.



Lagi, pemerintah kembali berencana mengeluarkan kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat, utamanya rakyat golongan menengah ke bawah. Terhitung mulai tanggal 1 April 2012 Bahan Bakar Minyak (BBM) akan mengalami kenaikan harga. Secara spontan sejak beredarnya kabar tersebut, praktis rencana kebijakan kanaikan bahan bakar minyak mendapat reaksi penolakan di berbagai tempat di indonesia. Karena, dengan kenaikan harga BBM akan berdampak juga kepada naiknya harga kebutuhan pokok masyarakat. Tanpa mengabaikan berbagai penolakan yang terjadi, baik dari mahasiswa maupun para masyarakat umum yang concern terhadap isu ini. Penulis mencoba menganalisis menganalisa berbagai kemungkinann yang berkaitan dengan kebijakan yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat ini.
Pertama, kenaikan BBM menjadi strategi pengalihan perhatian masyarakat dari berbagai isu dan permasalah yang tidak kunjung terselesaikan. Menjadi umum, jika dimunculkan persoalan baru yang sama-sama panasnya masyarakat kita akan lebih mudah untuk mengalihkan perhatian ke masalah baru tersebut. Kita ingat beberapa tahun yang lalu muncul kasus Bank Century dan Gayus, yang kemudian muncul lagi kasus yang menyeret Nazarudin (Wisma Atlet).
Kedua kasus diatas sama-sama berlabel korupsi, namun setelah dimunculkannya kasus Nazarudin masyarakat cenderung melupakan kasus sebelumnya yang bahkan belum ada kejelasan sama sekali (Century). Seharusnya keduanya mendapat pengawasan dan kawalan yang sama dari masyarakat, maupun pegiat lainya. Begitu juga dengan pengalihan isu Wisma Atlet kepada kebijakan kenaikan BBM juga harus mendapat sorotan masyarakat.
Kedua, kebijakan kenaikan BBM menunjukkan gegabahnya pemerintah dalam mengambil kebijakan-kebijakanya. Pemerintah terlalu dini menetapkan kanaiakan BBM  yang terhitung april mulai berlaku. Dalam sebuah kesempatan dengan wartawan, pemerintah melalui wapres Boediono menyatakan kenaikan BBM dimaksudkan untuk menutupi kebocoran subsidi yang sering terjadi. Apabila memang kebocoran subsidi memang terjadi, penyelesaianya tidak serta merta dengan menaikkan BBM yang memberatkan kehidupan masyarakat kecil. Masih dimungkinkan untuk mencari solusi lain selain dengan menaikkan harga BBM.
                Dalam hal ini, kita dituntut untuk jeli dan cermat mengawasi setiap kebijakan pemerintah. Khususnya para mahasiswa yang selama ini dikenal sebagai representasi suara rakyat. Mahasiawa juga dituntut untuk peka terhadap fenomena disekitarnya. Rakyat dan mahasiswa merupakan kesatuan dalam menyuarakan aspirasi.
Harapanya setiap suara yang berasal dari mahasiswa merupakan cerminan keadaan rakyat yang sesungguhnya. Rakyat dan mahasiswa bisa menciptakan simbiosis yang mutualisme bukan malahan sebaliknya. Terutama yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang langsung bersinggungan dengan kepentingan kehidupan rakyat, seperti kebijakan kanaikan BBM diatas.

semoga bermanfaat,
wasslm

No comments: