Wednesday 9 May 2012

bimbingan dan konseling individu

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bimbingan konseling di temukan banyak istilah, yang menyangkut suatu pembagian atau penggolongan terhadap pelayanan bimbingan, seperti jenis bimbingan, macam bimbingan, bimbingan individual, bimbingan kelompok, bimbingan belajar , bimbingan jabatan, bimbingan waktu luang, dan lain-lain. Adanya sekian banyak istilah disebabkan karena setiap pengarang menggunakan istilahnya sendiri, dengan memberikan arti tertentu pada istilah istilah itu.
Bimbingan dapat dibagi atas beberapa jenis bimbingan atau macam bimbingan, yaitu beberapa golongan berdasarkan sudut pandangan tertentu. Terdapatnya bimbingan atau jenis bimbingan pada dasarnya di bagi atas tiga jenis yaitu berdasarkan banyaknya orang yang di bimbing pada waktu dan tempat tertentu(bentuk bimbingan), berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan bimbingan (sifat bimbingan), berdasarkan bidang tertentu dalam kehidupan siswa dan mahasiswa, atau aspek perkembangan tertentu pada siswa dan mahasiswa (ragam bimbingan). Jadi istilah jenis bimbingan dan macam bimbingan menunjuk pada cara tertentu untuk mengadakan penggolongan, berdasarkan sudut pandangan tertentu. Istilah bentuk bimbingan menunjuk pada jenis bimbingan yang pertama, yaitu mengenai jumlah orang yang dibimbing. Istilah sifat bimbingan mennunjuk pada jenis bimbingan yang kedua, yaitu mengenai tujuan yang ingin di capai. Istilah ragam bimbingan menunjuk pada jenis bimbingan yang ketiga, yaitu tentang bidang apa atau tentang aspek perkembangan apa diberikan bimbingan. Pengertian yang terkandung dalam istilah-istilah lain yang disebut di atas, berkaitan dengan salah satu di antara tiga jenis bimbingan, karena merupakan sinonim atau menunjuk pada suatu spesifikasi.










BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan Dan Koseling Perorangan
Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan individu oerserta didik yang mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing atau konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahanya (Sukardi, 2008)
Bimbingan pribadi bisa dimaknai sebagai suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing agar dapat mancapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dlam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik (Tohirin, 2007: 124)
Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu.bimbinggan sosial pribadi diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri, dan sikap yang positif, serta keterampilan pribadi yang tepat (Ahmad Juntika Nurihsan, 2009)
Merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial pribadi. Adapun yang tergolong dalam masalah-masalah sosial pribadi adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dosen, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaiaan diri dengan lingkungan pendidikan da masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaiaan konflik. Bimbingan sosial pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.
Bimbingan pribadi ini merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk membangun hidup pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang diri, gaya hidup, perkembangan nilai-nilai moral / agama dan sosial dalam diri, kemampuan mengerti dan menerima diri orang lain, serta membantunya untuk memecahkan masalah pribadi yang ditemuinya. Ketepatan bimbingan ini lebih terfokus pada pengembangan pribadi, yaitu membantu para siswa sebagai diri untuk belajar mengenal dirinya, belajar menerima dirinya, dan belajar menerapkan dirinya dalam proses penyesuaian yang produktif terhadap lingkunganya.




B. Tujuan Bimbingan dan Konseling Perorangan.

Berdasarkan makna bimbingan pribadi atau perorangan, dapat diketahui bahwa bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu individu untuk bisa memecahkan masalah-masalah yang bersifat pribadi. Juga bertujuan agar individu mampu mengatasi sendiri, mengambil sikap sendiri atau memecahkan masalah sendiri yang menyangkut keadaan batinya sendiri. Dengan kata lain agar individu mampu mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, dan pengisian waktu luang ( Tohirin, 2007).

Tujuan konseling perorangan adalah agar klien memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya, sehingga klien mampuu mengatasinya. Dengan kata lain, bertujuan untuk mengentaskan masalah-masalah yang dialami klien. Secara lebuh khusus, tujuan layanan konseling perorangan adalah merujuk kepada fungsi-fingsi bimbingan dan konseling. Pertama. Merujuk kepada fungsi pemahaman, maka tujuan layanan konseling adalah agar klien memahami seluk-beluk yang dialami secara mendalam dan komprehensif, positif, dan dinamis. Kedua, merujuk kepada fungsi pengentasan, maka layanan konseling perorangan bertujuan mengentaskan klien dari masalah yang dihadapinya. Ketiga, dilihat dari fungsi pengembangan dan pemeliharaan, tujuan layanan konseling perorangan adalah untuk mengembangkan potensi-potensi individu dan memelihara unsure-unsur yang ada pada klien.
Antara konselor dengan klien, konseling dianggap sebagai layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien. Bahkan dikatakan bahwa konseling konseling perupakan jantungnya pelaynan bimbingan secara menyeluruh. Berikut beberapa hal yang perlu diperhaatikan dalam bimbingan konseling perorangan:
1. Diselenggarakan secara resmi
Konseling merupakan layanan yang teratur, terarah, dan terkontrol, serta tidak diselenggarakan secara acak ataupun seadanya. Sasaran, tujuan, kondisi, dan metodologi digariskan secara jelas. Sebagai rambu-rambu pokok dalam pelaksanaan layanan konseling ada tiga macam, yaitu (a) kerahasiaan, (b) keterbukaan, (c) tanggung jawab pribadi klien. Ketika akan mengawali hubuungan konseling perlu adanya niat dengan motivasi untuk membantu klien dan dengan wawasan, sikap positif tentang klien, seluk beluk serta dimensi metodologi layanan itu sendiri yang sejak semula telah tertanam dalam diri konselor.

2. Pengentasan masalah melaui konseling
Melalui bimbingan dan konseling klien mengharapkan agar masalah yang dideritanya dapat dientaskan. Langkah-langkah umum upaya pengentasan masalah komseling perorangan adalah:

a. Pemahaman masalah
b. Analisis sebab timbulnya masalah
c. Aplikasi metode khusus
d. Evaluasi
e. Tindak lanjut

3. Pendekatan dan teori konsling perorangan
a. Konseling direktif
Dalam pendekatan ini klien bersifat pasif, dan yang aktif adalah konselor. Dengan demikian, inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak dilakukan oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor. Dengan pendekatan ini, diperlukan data yang lengkap tentang klien untuk digunakan dalam diagnosis masalah.
b. Konseling non-direktif
Melalui pendekatan ini. Klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiranya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi untuk mengatasi masalahnya sendiri; untuk mengembalikan potensinya itu diperlukan bantuan yakni dari konselor ataupun yang lainya.
c. Konseling elektrik
Merupakan pendekatan konseling yang berusaha menggabungkan antara pendekatan direktif dan non direktif. Dengan mengambil berbagai kebaikan dari kedua pendekatan ataupun dari berbagai teori konseling yang ada itu, mengembangkan dan menerapkan dalam praktek sesuai dengan permasalahan klien.

C. Tahapan Bimbingan Dan Konseling Pribadi
Secara umum bimbingan dan konseling pribadi mempunyai tiga tahapan yang saling berkaitan. Ketiganya yaitu:

1. Tahap awal (tahap mendefinisikan masalah).
Tahap yang dimulai sejak klien menenui konselor hingga berjalan sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya:
a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien. Kunci keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas bimbingan dan konseling. Terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, dan kegiatan.
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik maka konselor harus dapat membantu memperjelas masalah klien.
c. Membuat pefsiran dan penjajakan. Konselor berusaha menafsirkan kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien dan menentukan berbagao alternative antisipasi masalah.
d. Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi: 1). Kontrak waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien dan konselor tidak berkeberatan. 2). Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dank lien, dan 3). Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh rangkaian kegiatan konseling.

2. Tahap pertengahan (tahap kerja).
Pada tahap ini ada bebrapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:
e. Mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternative baru terhadap masalah yang sedang dialaminya.
f. Konselor melakukan reassassement (penilaian kembali) bersama kien terhadap masalah yang dihadapi kilen.
g. Menjaga agar hubungan konseling tetap terjaga.

3. Tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
a. Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
b. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasaarkan kesepakatan yang telah terbangundari proses konseling sebelumnya.
c. Mengevaluasi jalanya proses dan hasil konseling.
d. Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu menurunya kecemasan klien, perubahan perilaku klien lebih positif dan dinamis, pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya, dan adanya rencana akan datang yang jelas.
D. Pelaksanaan Layanan Konseling Perorangan
Seperti halnya layanan-layanan yang lain, pelaksanaan layanan konseling perorangan juga menempuh beberapa tahapan kegiatan, yaitu:
e. Perencanaan, meliputi kegiatan:
a. Mengidentifikasi klien
b. Mengatur waktu pertemuan
c. Menyiapkan tempat dan perangkat teknis penyelenggaraan layanan
d. Menetapkan fasilitas layanan
e. Menyiapkan kelengkapan administrasi
f. Pelaksanann, yang meliputi:
a. Menerima klien
b. Menyelenggarakan penstrukturan
c. Membahas masalah klien dengan menggunakan berbagai teknik
d. Mendorong pengentasan masalah klien
e. Memantapkan komitmen klien dalam pengentasan masalahnya
f. Melakukan evaluasi segera
g. Evaluasi jangka pendek
h. Menganalisi hasil evaluasi
i. Tindak lanjut, meliputi:
a. Menetapkan arah jenis tindak lanjut
b. Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada yang terkait
c. Melaksanakan rencana tindak lanjut
j. Laporan, meliputi:
a. Menyusun laporan layanan konseling perorangan
b. Menyampaikan lapran kepada yang terkait
c. Dokumentasi (tohirin, 2004, hlm169-170)

















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bimbingan pribadi ini merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk membangun hidup pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang diri, gaya hidup, perkembangan nilai-nilai moral / agama dan sosial dalam diri, kemampuan mengerti dan menerima diri orang lain, serta membantunya untuk memecahkan masalah pribadi yang ditemuinya. Ketepatan bimbingan ini lebih terfokus pada pengembangan pribadi, yaitu membantu para siswa sebagai diri untuk belajar mengenal dirinya, belajar menerima dirinya, dan belajar menerapkan dirinya dalam proses penyesuaian yang produktif terhadap lingkunganya.Salah satu bentuk upaya pembimbing dalam menghadapi siswa dalam mengatasi masalah pribadinya yakni pemberian bantuan melalui program bimbingan pribadi social.
Dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, ada beberapa pendekatan yang dilakukan. Yaitu pendekatan yang berorientasi kepada klien (non-direktif), pendekatan yang berorientasi kepada konselor, dimana konselor yang lebih aktif dalam memberikan konseling (direktif) dan pendekatan yang menggabungkan keduanya. Selain itu ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan konseling, tahapan awal (penelusuran masalah), tahapp pertengahan (tahap kerja), dan tahap akhir (perubahan dan tindakan).














DAFTAR PUSTAKA
Tohirin. 2007. Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah (berbasis integrasi). Jakarta: pt. Rajagrafindo Persada
Dewa ketut sukardi. 2008. Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan koseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Ahmad juntika murihsan. 2009. Bimbingan dan koseling dalam berbagai latara kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Akhmad Sudrajat, dalam http://konseling.ipdn.ac.id/program/wasana-praja
W.S. Winkel, 1997. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan .Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia.